Perlu Ada Penyelamatan dan Pelestarian Danau

0
183
Share on Facebook
Tweet on Twitter
foto: istimewa

Kuta, www.geoenergi.co.id – Danau-danau di dunia saat ini tengah mengalami penurunan kualitas yang signifikan. Hal ini terlihat dari degradasi ekosistem danau yang ditandai dengan menurunnya kualitas air, keanekaragaman hayati, dan terganggunya siklus hidrologi yang memengaruhi kemampuan danau untuk mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu, penyelamatan berbagai danau tersebut harus segera dilakukan.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zainal Arifin di acara pembukaan The 16th World Lake Conference di Kuta, Bali beberapa hari lalu menuturkan, bila tidak segera dilakukan penyelamatan dan pelestarian, maka kondisi danau yang terdegradasi memberikan dampak yang panjang dimana menyebabkan rusaknya ekosistem dan masyarakat, baik dari sisi sosial, ekonomi, dan aspek lainnya.

“Danau tidak hanya menyediakan sumber air, tetapi juga berfungsi mengatur sistem iklim dan hidrologi, siklus nutrisi, menawarkan rekreasi dan kegiatan sosial budaya, menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati, menyediakan sumber energi untuk pembangkit listrik, serta menjadi media penelitian,” ungkapnya.

Zainal mengatakan, pelestarian seluruh danau di dunia memerlukan komitmen dari setiap negara. Komitmen ini diperlukan dalam upaya mempertahankan fungsi ekosistem danau. “Oleh karena itu, forum kali ini dapat menjadi wadah yang tepat untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman yang berkontribusi terhadap konservasi dan pengelolaan danau secara berkelanjutan,” imbuh Zainal.

Dikatakannya, LIPI sendiri melalui Pusat Penelitian Limnologi telah melakukan penelitian dasar dan terapan untuk membantu para pengambil keputusan serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan ekosistem danau. Hasil penelitian tersebut bisa membantu dalam pencegahan pengelolaan danau yang tidak tepat serta eksploitasi danau secara berlebihan, sambungnya.

Sementara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Siti Nurbaya yang hadir membuka konferensi tersebut mengatakan, Indonesia merupakan negara yang memiliki lebih dari 800 danau. “Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan jumlah danau terbesar, namun 15 di antaranya berada dalam kondisi kritis,” tutur Siti.

Siti berharap, konferensi ini dapat menghasilkan rekomendasi yang tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan danau-danau di Indonesia, namun juga danau-danau di negara lain yang memiliki karakteristik serupa. “Hendaknya nanti ada materi yang bisa dijadikan dasar kebijakan dalam mengembalikan kondisi danau. Kita tentu ingin Indonesia dapat menjadi laboratorium pengelolaan danau yang baik bagi dunia,” ujarnya.

Direktur Jenderal International Lake Environment Committee Foundation (ILEC), Hironori Hamanaka menambahkan, penting bagi negara-negara untuk bekerja sama mencari solusi pengelolaan danau yang tepat. “Hal ini tentu bertujuan menemukan metode pengelolaan danau yang tepat, dan tentu saja yang efektif dan efisien,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) Lolly Martina Martief menuturkan, pengelolaan yang tepat tentu akan menjaga kelestarian danau dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pihaknya pun melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air pada 2016 telah mengalokasikan Rp. 187,5 Milyar untuk proyek restorasi tujuh danau yang menjadi prioritas. Adapun ketujuh danau tersebut yaitu Toba, Tempe, Rawapening, Maninjau, Tondano, Limboto, dan Singkarak.

“Pekerjaan restorasi ini dilakukan dengan pengerukan sedimentasi, pembuatan tanggul untuk eksistensi danau, serta penetapan zonasi danau,” jelas Lolly. Selain itu, KemenPUPR juga melakukan pendekatan pariwisata untuk membuat kerangka pengembangan pariwisata dan rekreasi berbasis sumber daya danau, sesuai dengan tata ruang, dan mendukung investasi,” tutupnya. (Pam)

LEAVE A REPLY