SHARE
Facebook
Twitter
foto: Pam

Jakarta, Geoenergi – Harga BBM di Papua bisa terbilang sangat mahal. Penyebab mahalnya harga itu menurut Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communication Pertamina saat “Media Briefing Update Progress Refinery Development Masterplan Program”, di Jakarta, Kamis (28/4/2016), banyaknya rantai distribusi BBM ke pulau itu. Akibatnya, harga jual BBM pun ikut-ikutan terkerek tinggi jadi tiga kali lipat.

Perjalanan distribusi BBM di Papua memang diakui penuh lika liku dan tantangan tersendiri. Mulai dari penyimpanan, pengangkutan dan pendistribusian. Persoalan ini tidak hanya dapat diselesaikan oleh PT Pertamina tetapi juga harus ada peran serta dari Pemprov dan Pemda setempat. Pertamina berencana membangun beberapa lagi tangki penyimpanan di Papua.  “Persoalan angkutan juga menjadi perhatian mengingat jalur yang ditempuh rumit. Misalnya, Pertamina akan mencoba membuat atau menyewa pesawat khusus dengan tangki untuk penyimpanan bahan bakar. Untuk pesawat yang ada saat ini, itu harus antri dan kadangkala ada kerusakan mesin sehingga harus menunggu sampai mesin diperbaiki,” kata Wianda.

Sebagai gambaran, harga BBM di daerah Papua bisa tinggi, untuk harga BBM di luar Jawa, Madura dan Bali sebenarnya Rp 6.450 per liter untuk Premium dan Solar Rp 5.150 per liter. Akan tetapi di wilayah Papua bisa mencapai Rp 20 ribu/ liter. Dan, harga Premium di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya bisa mencapai Rp 80.000/liter.

Namun demikian lanjut Wianda persoalan harga BBM yang tinggi di Papua dan Papua Barat itu bukan dari sistem distribusi yang dilakukan Pertamina. “Line bussiness-nya Pertamina itu sampai SPBU, APMS, SPDN, dan SPBN. Ternyata harga-harga yang ditemukan melambung tersebut adalah harga-harga di luar empat distribution channel tersebut,” jelasnya.

Wianda juga menerangkan untuk distribusi ke Papua dilayani dari kilang Balikpapan yang membutuhkan waktu cukup lama ke terminal transit ke Wayame (Ambon) baru masuk ke terminal-terminal BBM Pertamina di Papua dan Papua Barat, kemudian masuk ke daerah-daerah dengan kapal yang lebih kecil.

Di Papua dan Papua Barat, Pertamina saat ini sudah memiliki 36 unit SPBU, 37 unit APMS (Agen Premium Minyak Solar), 16 unit SPDN (Stasiun Pengisian Dealer Nelayan), dan 4 unit SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan). (Pam)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY